Adapun hal-hal yang perlu diketahui mengenai khutbah yaitu:
1.
Datang Lebih Awal untuk Shalat dan Mendengarkan Khutbah Jum’at.
عنَ أَبَي هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ
الْجُمُعَةِ كَانَ عَلَى كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ مَلَائِكَةٌ
يَكْتُبُونَ الْأَوَّلَ فَالْأَوَّلَ فَإِذَا جَلَسَ الْإِمَامُ طَوَوْا الصُّحُفَ
وَجَاءُوا يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ وَمَثَلُ الْمُهَجِّرِ كَمَثَلِ الَّذِي
يُهْدِي الْبَدَنَةَ ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي بَقَرَةً ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي
الْكَبْشَ ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي الدَّجَاجَةَ ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي
الْبَيْضَةَ
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Jika tiba hari Jum'at, maka di setiap pintu masjid ada beberapa malaikat yang mencatat orang yang pertama kali datang (ke masjid) dan selanjutnya. Apabila imam naik ke mimbar, maka para malaikat itu menutup lembaran catatan tersebut lalu mereka bersiap-siap mendengarkan khutbah. Perumpamaan orang yang datang pada awal waktu seperti orang yang berkurban unta, orang yang datang berikutnya seperti orang yang berkurban sapi, yang datang berikutnya seperti orang yang berkurban kambing, yang datang berikutnya seperti orang yang bersedekah ayam, dan orang yang datang berikutnya seperti orang yang bersedekah sebutir telur" (HR. Muslim 3/8).
2.
Tidak Terlalu Panjang; shalat atau pun Khutbah (Sederhanakan).
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَهَنَّادٌ
قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ
سَمُرَةَ قَالَ كُنْتُ أُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَكَانَتْ صَلَاتُهُ قَصْدًا وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا
Qutaibah dan Hanad menceritakan kepada kami, keduanya
berkata, "Abdul Ahwash menceritakan kepada kami dari Simak bin Harb, dari
Jabir bin Samurah, ia berkata, "Aku pernah shalat bersama Nabi SAW,
ternyata shalatnya sederhana dan khutbahnya juga sederhana (tidak
panjang)." (Shahih: Ibnu
Majah (1106) dan Shahih
Muslim).
عَنْ أَبُي وَائِلٍ خَطَبَنَا عَمَّارٌ
فَأَوْجَزَ وَأَبْلَغَ فَلَمَّا نَزَلَ قُلْنَا يَا أَبَا الْيَقْظَانِ لَقَدْ
أَبْلَغْتَ وَأَوْجَزْتَ فَلَوْ كُنْتَ تَنَفَّسْتَ فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ طُولَ صَلَاةِ
الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيلُوا الصَّلَاةَ
وَاقْصُرُوا الْخُطْبَةَ وَإِنَّ مِنْ الْبَيَانِ سِحْرًا
Dari Abu Wa'il RA, dia berkata, "Ammar RA berkhutbah
dihadapan kami dengan singkat dan jelas. Setelah dia turun, kami berkata, 'Hai
Abu Yaqzhan! engkau telah berkhutbah dengan jelas dan singkat. Mengapa tidak
engkau panjang-kan?' Ammar menjawab,
'Sungguh aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguh-nya lamanya
shalat seseorang dan pendeknya khutbahnya adalah pertanda bahwa dia memahami
agamanya. Karena itu, panjangkanlah
shalat dan pendekkanlah khutbah, sebab penjelasan (yang ringkas) terdapat daya
pikatnya". (HR. Muslim
3/12).
3.
Khusyuk dan Diam Ketika Khutbah
عن أَبَي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ
أَنْصِتْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda; "Apabila kamu pada hari
Jum'at berkata kepada temanmu, 'Diamlah,' padahal imam sedang berkhutbah, maka
sungguh sia-sia (shalat Jum'at) mu.' (HR. Muslim 3/5).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ اغْتَسَلَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ
فَصَلَّى مَا قُدِّرَ لَهُ ثُمَّ أَنْصَتَ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْ خُطْبَتِهِ ثُمَّ
يُصَلِّي مَعَهُ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى
وَفَضْلُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa mandi
untuk melaksanakan shalat Jum'at, kemudian shalat sunah semampunya, lalu ia
diam mendengar-kan khutbah hingga selesai dan shalat Jum'at berjamaah, maka
akan diampuni dosanya antara Jumat itu dan Jum'at berikutnya dengan ditambah
tiga hari." (HR. Muslim 3/8).
4.
Disunnahkan Memakai Tongkat
شُعَيْبُ بْنُ زُرَيْقٍ الطَّائِفِيُّ
قَالَ جَلَسْتُ إِلَى رَجُلٍ لَهُ صُحْبَةٌ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَالُ لَهُ الْحَكَمُ بْنُ حَزْنٍ الْكُلَفِيُّ فَأَنْشَأَ
يُحَدِّثُنَا قَالَ وَفَدْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ سَابِعَ سَبْعَةٍ أَوْ تَاسِعَ تِسْعَةٍ فَدَخَلْنَا عَلَيْهِ فَقُلْنَا
يَا رَسُولَ اللَّهِ زُرْنَاكَ فَادْعُ اللَّهَ لَنَا بِخَيْرٍ فَأَمَرَ بِنَا
أَوْ أَمَرَ لَنَا بِشَيْءٍ مِنْ التَّمْرِ وَالشَّأْنُ إِذْ ذَاكَ دُونٌ
فَأَقَمْنَا بِهَا أَيَّامًا شَهِدْنَا فِيهَا الْجُمُعَةَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى عَصًا أَوْ قَوْسٍ
فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ كَلِمَاتٍ خَفِيفَاتٍ طَيِّبَاتٍ
مُبَارَكَاتٍ ثُمَّ قَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ لَنْ تُطِيقُوا أَوْ لَنْ
تَفْعَلُوا كُلَّ مَا أُمِرْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ سَدِّدُوا وَأَبْشِرُوا
Dari Syuaib bin Zuraiq Ath-Thaifi,
ia berkata; "Aku pernah duduk di samping seseorang yang mempunyai
hubungan persahabatan dengan Rasulullah SAW, ia bernama Hakam bin Hazn Al Kulaji. Lalu
dia mulai berbincang dengan kami, katanya, "Aku pernah datang menghadap
Rasulullah SAW sebagai utusan sebanyak tujuh atau sembilan orang. Setelah kami
masuk menghadap beliau, kami berkata, "Wahai Rasulullah, kami datang
mengunjungi anda, maka doakanlah kebaikan untuk kami. Lalu beliau menyuruh
untuk kami supaya disuguhi kurma, dan ketika itu suasana dalam kondisi lemah.
Maka kami tinggal di Madinah beberapa hari, kami turut mengikuti pelaksanaan
shalat Jum 'at bersama Rasulullah SAW. Ketika itu Rasulullah SAW berdiri sambil
bertopang pada tongkat atau busur. Beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya dengan
beberapa kata-kata yang sederhana, baik dan penuh berkah, kemudian bersabda,
"Wahai saudara-saudara, sesungguh-nya kalian tidak akan mampu atau tidak
akan dapat melaksana-kan semua yang telah diperintahkan kepada kalian, tapi
tunjukkanlah jalan yang lurus dan sampaikan berita gembira. " (Hadis
Hasan)
5.
Khatib Duduk Ketika Pertama
Naik Mimbar.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ خُطْبَتَيْنِ كَانَ
يَجْلِسُ إِذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ حَتَّى يَفْرَغَ أُرَاهُ قَالَ الْمُؤَذِّنُ
ثُمَّ يَقُومُ فَيَخْطُبُ ثُمَّ يَجْلِسُ فَلَا يَتَكَلَّمُ ثُمَّ يَقُومُ
فَيَخْطُبُ
Dari Ibnu Umar RA, dia berkata; "Nabi SAW biasa menyampaikan khutbah dua kali. Beliau duduk setelah naik ke atas mimbar sampai muadzin selesai. Setelah itu berdiri menyampaikan khutbah, kemudian duduk tidak berbicara. Kemudian berdiri lagi lalu berkhutbah." (Shahih: Muttafaq Alaih secara ringkas).
6.
Dzikir Setelah Sembahyang Jum'at.
Adapun amalan yang sangat dianjurkan oleh para ulama selepas sembahyang jum'at yaitu dengan kaifiat setelah salam, posisi kaki jangan dirubah dahulu, tetap seperti Tasyahud Akhir. Setelah salam tersebut dengan posisi kaki seperti sedia awalnya maka bacalah Surah al-Fatihah (7x), Surah al-Ikhlas (7x), Surah al-Falaq (7x) dan Surah An-Naas (7x), kemudian dilanjutkan dengan do'a. Setelah itu barulah boleh dipindahkan posisi kaki dengan amalan-amalan lainnya.
Membaca do'a
ini satu kali yaitu:
اللَّهُمَّ يَا غَنِيُّ يَا حَمِيدُ يَا مُبْدِئُ يَا مُعِيدُ
يَا رَحِيمُ يَا وَدُودُ أَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ وَ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ
'Allahumma
ya ghoniyyu ya hamid, yaa mubdi-u yaa mu’iid, yaa rohiimu yaa waduud, aghninii
bi fadhlika ‘amman siwaak wa bi halaalika ‘an haraamika'.
Kemudian setelah selesai membaca do'a tersebut maka posisi kaki boleh saja dipindahkan dan dilanjutkan dengan dzikir sebanyak 70 x tidak kurang tidak lebih yaitu:
0 Komentar