Orang yang telah mengenal Tuhan, akan berubah pandangan hidupnya. Pandangannya tiada lagi mati, kini pandangannnya telah hidup yaitu menembus batas yang zahir. Setiap hari ia berjumpa dengan Tuhan, bahkan ketika pertama kali membuka mata saat bangun tidur. Bahkan di dalam tidur itu sendiri ia tetap berjumpa dengan Tuhan, karena nyawa dan ruhnya tidak pernah tertidur. Inilah maksud kalam Tuhan di dalam al-Qur’an yaitu:
اللَّهُ
يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَاۖ
فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ
أَجَلٍ مُّسَمًّىۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (٤٢)
Artinya: “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (QS. Az-Zumar: 42).
Kemudian dalam ayat lain juga Tuhan menyebutkan akan kenyataan dirinya yaitu:
¬!ur ä-Ìô±pRùQ$# Ü>ÌøópRùQ$#ur 4 $yJuZ÷r'sù (#q9uqè? §NsVsù çmô_ur «!$# 4 cÎ) ©!$# ììźur ÒOÎ=tæ ÇÊÊÎÈ
Artinya: ‘Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui’. (QS. Al-Baqarah:115).
Rahasia ayat di atas, hanya dapat diwujudkan
oleh orang yang sudah mengenal Tuhan saja, karena pandangannya sudah hidup yaitu
kemanapun matanya menghadap akan terlihat wajah Allah, dan orang
yang tidak mengenal, maka yang terlihat hanyalah sebatas apa yang dilihat oleh
mata zahirnya, inilah yang disebut pandangan yang mati itu dan orang yang sudah
kenal inilah sebenar-benar muslim yaitu orang yang sudah totalitas pasrah yakni
mengembalikan dirinya seutuhnya kepada Tuhan karena dirinya memang seutuhnya milik
Tuhan maka mematikan dirinya sebelum mati, mati di dalam hidup inilah cerminan
dari muslimun (berserah diri).
Inilah mengapa teramat penting mengaji tentang ma’rifat (kenal) kepada Tuhan, sebab jika tidak, selama-lamanya kita tersesat dalam kebenaran, selama-lamanya tidak akan dapat merasakan tingkat ‘Mati sebelum Mati’ itu. Padahal Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kita untuk mati sebelum mati. Lihatlah kalam-kalamnya di dalam Qur’an:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è? wur ¨ûèòqèÿsC wÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÉËÈ
Mari kita terjemahkan menjadi lebih mudah
dipahami, berkenaan dengan firman Tuhan di atas ini yaitu “dan Janganlah
sekali-kali kamu sekalian mengalami kematian terkecuali dalam keadaan Muslimun’. Muslimun itu
artinya setelah berserah diri kepada Tuhan. Sikap berserah diri secara total
kepada Tuhan itulah merupakan cerminan kematian diri itu.
Setelah jasad itu kita serahkan totalitas kepada roh, maka jangan lagi pernah jasad itu mengaku bahwa ia berkuasa seorang. Hilangkan seluruhnya sifat jasad hingga hiduplah sifat roh lalu kemudian roh itu juga harus dikembalikan kepada sumbernya roh itu yaitu Allah SWT. Inilah rahasia dari pada ayat yang kita lewati di atas tadi yaitu:
wur ¨ûèòqèÿsC wÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B
"Janganlah sekali-kali kamu mati melainkan setelah berserah diri kepada Tuhan (selamat)".
Ketahui dan ingatlah, Jangan engkau mati
terkecuali setelah engkau serahkan dirimu secara totalitas kepada Tuhan, barulah engkau selamat. Jangan
sampai jasad itu mati sebelum ia benar-benar diesakan bersamaan dengan nafsunya
sekali. Sehingga semenjak hidup di alam dunia ini, kita sudah dalam kuasa Tuhan
seutuh-utuhnya. Inilah maksud dari pada berserah diri jalan hakikat yaitu menyerahkan
diri kepada Tuhan dan jangan sesekali diambil kembali diri tersebut dari-Nya,
sebab nanti bak kata orang Melayu Buruk Sikuan.
Seperti menyerahkan atau memberikan beberapa lembar rupiah kepada seseorang, setelah diserahkan janganlah diambil lagi, sebab kalau kita paksakan juga mengambilnya lagi, maka tercaplah sebagai orang yang dzalim atau durhaka. Orang-orang akan memandang kita sebelah mata atau mungkin tak mahu lagi memandang karena buruknya sifat seperti demikian. Begitu jugalah ketika kita menyerahkan diri (berserah diri) kepada Tuhan, jangan sesekali hendak diambil kembali untuk selama-lamanya. Kalau pun hendak juga mengambilnya kembali ingat ‘Buruk Sikuan’, ingat takut-takut Tuhan enggan untuk memandang kita lagi sebagai hamba-Nya.
Sekali berserah diri, selama-lamanya jangan diambil lagi. Sekali mati,
selama-lamanya mati. Inilah makna ungkapan dari Nabi SAW yang sangat familiar
dikalangan orang sufi yaitu Mutu Qabla Anta Mutu yaitu ‘matikan diri kamu sebelum
kamu mati’ yaitu mematikan sifat jasad sehingga sifat roh lah yang
hidup, mematikan keinginan jasad sehingga keinginan roh lah yang hidup pada
jasad tersebut. Inilah
tingkatan dimana nafsu dan jasad telah diesakan, sehingga nafsu diberi rahmat
Allah menjadi mutmainnah.
by. Shabri Saleh Anwar bin Anwar Bujang
0 Komentar