KITAB PUTIH 04 ~ MENYELAMI HAKIKAT SYAHADAT

Saudara anak keturunanku, ketahuilah bahwa perkara syahadat ini merupakan perkara teramat penting di dalam hidup dan mati. Syahadat inilah yang akan menentukan apakah kita benar-benar masuk dalam agama  Islam, sehingga benar-benar menjadi seorang Muslim. Tetapi, kenyataannya sebagian besar dari kita ini adalah Islam keturunan yaitu karena ayah dan ibu kita dahulu Islam, maka kita pun menjadi Islam, lalu akhirnya terlupa untuk memahami syahadat tersebut dengan jalan yang tiada boleh tidak dilalui yaitu jalan hakikat atau isi sebenarnya dari syahadat tersebut.

Sangatlah disayangkan, karena banyak pula diantara orangtua kita terlupa untuk memberikan ilmu syahadat ini kepada anak-anaknya. Sebab kadang-kadang bagi mereka, cukuplah dengan pandai berucap kalimat syahadat itu sudah dianggap masuk menjadi sebenar-benar muslim.

Memang mengucapkan kalimat syahadat adalah merupakan rukun di dalam Islam yang wajib dilaksanakan sebagaimana hadis menyebutkan, tetapi syahadat itu tidaklah hanya letaknya dihujung lidah saja seperti kita mengucapkan dihujung lidah kalimat:

اَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّلهُ وَ اَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الَّلهِ

Lalu menterjemahkannya di dalam hati dengan menyebut:  Aku Berbaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. 

Ketahuilah saudara anak keturunanku, bersyahadat itu merupakan perkara wajib di dalam Islam. Akan tetapi kalaulah hanya sebatas kalimat yang diucapkan di hujung lidah saja, apa bedanya kita dengan burung Nuri yang diajar lalu pandai mengucap syahadat, atau apa bedanya kita dengan orang kafir atau ateis yang tidak percaya kepada adanya Tuhan, sebab lidah mereka pun pandai dan pasih berucap syahadat. Oleh karena itulah mengapa kita penting memahami sebenar-benarnya syahadat tersebut dengan jalan hakikat ini.

Eloklah aku gambarkan sebuah perumpamaan rumah yang besar yang pemiliknya adalah dirimu sendiri. Rumah itu kosong tiada orang. Sungguh tiadalah arti lidahmu berteriak sekuat-kuatnya mengucap salam atau memanggil-manggil orang di dalam, berdiri di depan pintu berharap ada orang yang akan membukakan pintu rumah itu, agar kau dapat masuk ke dalamnya. Tetapi mengapa tidak dirimu sendiri yang membuka pintu itu tanpa harus berteriak-teriak mengahabiskan suara.

Maka, syahadat itu ibarat pintu rumah besar itu yaitu agama Islam ini. Tiadalah artinya kalau hanya berkoar-koar memanggil-manggil agar pintu itu dibukakan, tetapi mengapa tidak dirimu sendiri yang membukanya, sehingga kau dapat masuk ke dalamnya. Sehingga mengertilah kita bahwa syahadat itu wajiblah diwujudkan dalam perbuatan diri sehingga kita buka pintu agama Islam itu, kemudian masuk ke dalamnya untuk benar-benar menjadi seorang Muslim yang sejati.

Oleh karena itulah, inginlah aku goreskan segera makna syahadat itu dari kacamata hakikat dan kemudian marilah kita selami nanti makna kalimatلَا إِلَهَ إَلَّا الَّلهُ  tersebut. Syahadat tidaklah salah kita sebut sebagai kalimat penyaksian sebagaimana jalan syari’at juga menyebut-kannya demikian. Tetapi, bagi jalan hakikat penyaksian ini bukanlah saksi menyaksi antara dua kekuatan yang terpisah (kekuatan hamba dan kekuatan Tuhan), tetapi kekuatan hamba itu kekuatan Allah juga.

By. Shabri Saleh Anwar bin Anwar Bujang

Posting Komentar

0 Komentar