KITAB PUTIH 05 ~ SYAHADAT TAUHID

Syhadat Tauhid itu pada hakikatnya adalah Penyaksian tetapi penyaksian disini adalah me-nyata-kan kenyataan Tuhan itu sendiri. Oleh karena itulah sampai pada tingkatan hakikat ini, syahadat tersebut bukan lagi sekedar duduk pada tingkat terjemah, tetapi sudah memasuki wilayah makna yang mana menguraikan kehendak Tuhan pada diri kita dari syahadat tersebut. Sehingga kalau diurai menjadi sebagai berikut:

 

اَشْهَدُ أَنْ

 

Aku Bersaksi

الَّلهُ

إِلَّا

إِلَهَ

لَا

Allah

Hanya

Nyata

Tiada

Kalimat اَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إَلَّا الَّلهُ   ini disebut sebagai ‘Syahadat Tauhid’. Karena memang makna yang terkandung di dalamnya adalah peng-Esa-an kepada Allah sebagai Tuhan yang tunggal. Sebagaimana disebutkan di dalam al-Qur’an pada surah al-Ikhlas yaitu:

ö@è% uqèd ª!$# îymr& ÇÊÈ   ª!$# ßyJ¢Á9$# ÇËÈ   öNs9 ô$Î#tƒ öNs9ur ôs9qムÇÌÈ   öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! #·qàÿà2 7ymr& ÇÍÈ  

Artinya: Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas: 1-4).

Firman Allah ini jelas dan nyata menyatakan bahwa Allah itu adalah Ahad, Ahad itu adalah Esa, Esa itu adalah Tunggal dan Tunggal itu sendiri bermakna bahwa Dia (Huwa) saja yang ada dan yang lain tiada. Oleh karena itulah, sifat Tuhan yang pertama disebut dengan sifat Nafsiyah yaitu Wujud yang artinya Ada. Sementara lawan dari kata Wujud itu adalah Adam yang merupakan sifat makhluk yang artinya tiada. Sehingga kemudian, ketika kita melihat zahirnya diri kita ada, alam semesta dan isinya ada. Maka adanya alam semesta dan isinya itu adalah bukti, kenyataan dan atau bayangan Allah semata.

Oleh sebab itu, makna Ahad pada diri kita ini yaitu dua mata satu penglihatan, dua telinga satu pendengaran, dua lubang hidung satu nafas, lidah berlapis dan memiliki empat perasa tetapi satu kalam, dua otak satu pikiran, dua hati satu perasaaan, dua tangan satu pegangan, dua kaki satu langkah, dua peluru satu senjata, dua perut satu rahim, begitulah seterusnya jika direnungkan.

Sehingga ungkapan kasarnya,  bahwa dua mata kita yang punya, tetapi penglihatan bukanlah kita yang punya, yang punya adalah Allah SWT. Sehingga jika begitu keadaannya maka sebenar-benarnya dua mata kita ini berkeadaan buta, tetapi mengapa kita bisa melihat, kita melihat dilihatkan oleh Allah dengan sifat Bashar-Nya.

Sehingga ungkapan kasarnya,  bahwa dua keping telinga kita yang punya, tetapi Pendengaran bukanlah kita yang punya, yang punya adalah Allah SWT. Sehingga jika begitu keadaannya maka sebenar-benarnya dua telinga kita ini berkeadaan tuli, tetapi mengapa kita bisa mendengar, kita mendengar didengarkan oleh Allah dengan sifat Sama’-Nya.

Ungkapan kasarnya,  dua kaki & tangan, kita yang punya, tetapi gerak langkah bukanlah kita yang punya, yang punya adalah Allah SWT. Sehingga jika begitu keadaannya maka sebenar-benarnya dua kaki atau tangan kita ini berkeadaan kaku/mati (tidak kuasa), tetapi mengapa kita bisa berjalan, memegang. Kita berjalan dan memegang digerakkan oleh Allah dengan sifat Qudrat Iradat-Nya.

Sehingga begitulah seterusnya keadaan sebenar-benarnya, oleh karena itu silahkan dirimu teroka sedalam-dalamnya kepada dirimu sendiri (tafakkur diri), sehingga dirimu akan menemukan begitu banyak rahasia-rahasia yang selama ini tersembunyi yang seluruhnya akan selalu berhubungan dengan Rasulullah dan Allah SWT.

Ketahuilah wahai saudara anak keturunanku bahwa ilmu hakikat itu bukan melihat kepada yang diluar diri kita seperti langit, bulan, bintang, awan yang nun jauh disana, tetapi melihat kepada diri sendiri, sebab pada diri itu sebenarnya berkumpul kesempurnaan yaitu alam kecil (Alam Shagir) tetapi sebenarnya dialah yang meliputi alam yang besar (Alam Kabir) itu.

By. Shabri Saleh Anwar bin Anwar Bujang

Posting Komentar

0 Komentar