Tiada yang patut diucap untuk kitab yang ku susun ini selain rasa syukur kepada
Tuhan Semesta Alam yang Ahad serta shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat-sahabat
beliau serta tidak lepas pula do’a untuk seluruh kaum muslimin dan muslimat
ummat Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaat Rasulullah di yaumil
qiyamah.
Kemudian dari pada itu, ketahuilah, ku
tulis kitab ini adalah untuk kenang-kenangan kepada
saudara-saudara, istri, anak-anak keturunanku, dan siapa saja yang tertarik
melihat kepada kulit dan isi (Syari’at Hakikat) dari pada setiap amal ibadah
karena tiada yang dapat ku berikan dan ku wariskan selain beberapa kitab yang
telah ku tulis dan kitab ini adalah kitab dasar (awal) di Majlis Ihram Riau
kemudian setelah kitab 'Hanya Jauhari yang Mengenal Manikam' ini engkau selesaikan
eloklah engkau sempurnakan dengan kitab penutupnya yaitu 'Membujur Lalu
Melintang Patah'.
Pecayalah wahai saudara anak
keturunanku bahwa dalam hal ibadah kepada Tuhan, yang
terpenting adalah menghadirkan yang di dalam dirimu (roh) sehingga tiada lagi
kau merasa bahwa dirimu sendiri yang beramal ibadah[1], sehingga tiada lagi kau merasa bahwa dirimu
berpisah dengan yang disembah. Tetapi untuk merasakan hal itu, tiadalah boleh
kau pisahkan antara syari’at dan hakikat dalam melaksanakannya. Sebab jika kau pisahkan
antara keduanya maka tiadalah sempurna jadinya dimata Tuhan dan dimata banyak
manusia. Jikalau kau hanya berkehendak
kepada hakikat saja, maka kau terpandang sesat dibanyak mata manusia, tetapi
jika kau hanya berpegang kepada syari’at saja, melalaikan atau meninggalkan
hakikat, maka kosong lomponglah dalam pandangan Tuhan. Bak pohon
rindang tidak berbuah, elok dizahir namun cacat dibatin (tidak disempurna).
Tiada jalan untuk mendapatkan
keselamatan diantara keduanya selain dari pada menyelaraskan jalan syari’at dan hakikat dalam setiap ibadah yang dilakukan. Kemudian
dalam ibadah-ibadah tertentu jika tidak dapat diselaraskan bersamaan, maka
kerjakanlah kedua-duanya tanpa meninggalkan atau mengganggap remeh diantara
keduanya (syari’at dan hakikat). Ingatlah wahai saudara anak keturunanku, bahwa
syari’at yang dibawa oleh Sayyiduna Muhammad SAW janganlah sesekali terpandang remeh dimata
hatimu sebab ianya adalah perkara yang mesti dilaksanakan, akan tetapi perkara
hakikat janganlah pula tersalah pandang sehingga enggan atau tertolak hatimu melaksanakannya, karena hakikat inilah
yang sebenarnya menjadi ukuran-Nya.
Sehingga kalam guru-guruku, bungkuslah isi itu kembali dengan kulit itu agar
dia menjadi rahasia (tersembunyi) dikalangan orang-orang yang tidak layak untuk
menerimanya.
Gelas tanpa air, maka akan kosong. Air tanpa
gelas akan tumpah. Keselarasan keduanyalah baru mudah digunakan oleh peminum.
Begitulah sebenar jadinya, bahwa syari’at tanpa hakikat maka akan kosong lompong dimata Tuhan (rugi telak), tetapi hakikat tidak bersyari’at
maka akan sesat dalam pandangan banyak manusia. Ingatlah
bahwa Tuhan sendiri sudah menyatakannya melalui hadis Rasulullah SAW bahwa:
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ
إِلَى
قُلُوبِكُمْ
وَ أَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah RA, dan ia meriwayatkannya sampai kepada Nabi SAW, beliau bersabda: Sesungguhnya
Allah tidak memandang kepada
bentuk-bentuk rupa kalian dan harta-harta kalian, tetapi Dia hanya
memandang kepada hati kalian dan amal perbuatan kalian." (Shahih: Muslim).
Dari sini jelas terang bahwa Tuhan hanya melihat kepada perbuatan qalbu yang di dalam (hakikat/roh) kemudian yang diwujudkan dalam perbuatan (أَعْمَالِكُمْ). Tetapi untuk selamat dari pandangan manusia, maka wajiblah kita memegang erat-erat syari’at nabi (ilmu yang zahir) yang juga diajarkan oleh Rasulullah SAW juga. Sehingga dari sini jelaslah bahwa tidak sempurna jika dipisahkan antara syari’at dan hakikat tersebut.
Kitab ini khusus mengkaji Rukun Islam yaitu Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji/Umrah tetapi diringkan antara pemahaman Syari'at dan Hakikat. Sehingga ketika tuan-tuan membaca kitab ini pastilah akan dibawa pada dimeski ruhani atau batinnya rukun Islam tersebut. Tentu tidak akan kita bicarakan panjang lebar pada pengantar ini maka silahkan tuan-tuan nanti download saja kitab ini pada bagian yang sudah kami sediakan. Terima Kasih.
Penyusun: Shabri Saleh Anwar bin Anwar Bujang
[1] Untuk
memahami berkenaan dengan hubungan jasad dan roh pada
diri (Jangan Mengaku Diri), lihatlah pada buku Membujur Lalu Melintang Patah
‘Jaya di Dunia, Sempurna di Akhirat’ yang juga merupakan harta warisanku
kepadamu sebagai simpulan kitab ini. Sebab
buku yang engkau baca ini, khusus untuk mengurai hakikat Ibadah dalam jalan
syari’at dan hakikat saja.
0 Komentar