Memasuki kaji pertama ini, eloklah aku menjamumu dengan sebuah ibarat atau kiasan sebilah pisau yang terbuat dari pada besi yang wajib engkau renungkan. Renungkanlah!, bahwa ternyata bukanlah besi itu yang memotong kain, tetapi sebenar-benarnya adalah tajam itulah yang memotong. Bukanlah besi itu yang menebas batang rumput, tetapi tajam itulah hakikat sebenar memutus batang rumput itu, sehingga yang menentukan nilai sebilah pisau atau kebesaran dari pada pisau itu adalah tajam itu sendiri. Apalah artinya sebilah pisau yang hanya berbatang besi tanpa memiliki tajam, hendak dipakai memotong kain yang berbenang halus atau menebas rumput empuk pun tak berdaya. Hingga kenyataan sebenarnya, tajam itulah yang dapat melukai atau memutuskan kain atau rumput ditaman. Kemudian:
Dimanakah tajam itu berada. Diujung
(mata) besi itukah?. Diujung (mata) besi itu, besi juga yang ada. Di dalam besi
itukah?. Di dalam besi itu, besi juga yang ada.
Besi atau sebilah pisau itu tiadalah berarti tanpa adanya tajam. Akan tetapi untuk memperoleh tajam itu, besi/sebilah pisau itu mestilah harus diasah (Tarikat) untuk mendapatkan atau menzahirkan tajam karena kenyataannya tajam itu adalah tersembunyi.
Begitulah juga kenyataan syahadat itu, kalaulah hanya sebatas kalimat yang diucapkan di hujung lidah tak bertulang ini, maka samalah seperti pisau besi yang tidak memiliki tajam itu tadi, tidak dapat digunakan dalam hidup. Barulah syahadat itu bermakna bagi hidup, kalau dia menjadi ibarat tajam sebilah pisau yang mampu memotong kain dan rumput di taman tadi. Kemudian:
Dimanakah letak syahadat itu, apakah dihujung lidah?. Kalau hanya diujung lidah, orang Kafir atau orang tak percaya Tuhan pun dapat mengucapkan dengan pasihnya. Kalau hanya diujung lidah, maka si burung Nuri pun kalau diajar dapat bersyahadat seperti kita.
Inilah mengapa kita perlu memahami arti sebenar dari syahadat itu, agar syahadat itu setelah lekat pada batang tubuh zahir, menembus qalbu dan benar-benar sampai kepada letaknya pada diri kita. Sehingga barulah kita benar-benar masuk menjadi seorang muslim (pasrah) yaitu benar-benar pasrah di bawah naungan syahadat itu sendiri.
0 Komentar