MIR ~ SEJARAH BERDIRINYA MAJLIS IHRAM RIAU

Majlis Ihram Riau adalah sebuah lembaga kajian keislaman yang terbentuk secara alami, tanpa melalui proses formal atau peresmian khusus. Tidak ada undangan resmi untuk mendirikan majlis ini, melainkan ia lahir dari semangat silaturahim dan kebersamaan. Awalnya, majlis ini hanyalah pertemuan kecil yang melibatkan tiga orang: Haji Ramli, Pak Medan (Dahmirsan), dan Tengku. Mereka sering duduk bersama untuk berdiskusi dan bertukar pandangan mengenai ilmu agama sambil membantu saya (Shabri Saleh Anwar bin Anwar Bujang) mengaduk semen dan memasang batu bata rumahnya yang akhirnya Rumah inilah menjadi Rumah Majlis. Sehingga kami menyebut bahwa Majlis Ihram Riau (MIR) ini tidak didirikan oleh satu orang tetapi didirikan bersama dalam silturahim.

Seiring waktu, diskusi kecil ini mulai menarik perhatian individu lain. Satu per satu orang bergabung, hingga jumlah peserta berkembang menjadi sekitar 50 orang. Dalam prosesnya, majlis kami ini tetap mempertahankan sifatnya yang sederhana dan kekeluargaan. Pada awalnya pertemuan rutin dilakukan pada malam Jum'at selepas ba'da Maghrib,  tanpa adanya nama resmi yang melekat pada kegiatan kami selama tahun pertama.

Setelah dua tahun berjalan, barulah majlis ini diberi nama Majlis Ihram Riau. Nama ini dipilih dengan penuh makna, diambil dari salah satu perkara hukum qalbi, yaitu Ihram. Dalam konteks ini, Ihram dimaknai sebagai roh yang membungkus jasad, menggambarkan kedalaman spiritual dan kesadaran qalbu yang ingin dicapai oleh para anggota majlis.

Pada awal keberadaannya, diskusi dalam majlis ini berlangsung tanpa sistem yang terstruktur. Namun, setelah satu tahun lebih berjalan, kajian mulai dilakukan secara lebih sistematik dengan merujuk kepada kitab “Hanya Jauhari yang Mengenal Manikam.” Kitab ini menjadi rujukan utama dalam kajian, mengarahkan para anggota untuk lebih mendalami rukum Islam dan ilmu tasawuf serta memahami hakikat keislaman dengan lebih mendalam.

Hingga kini, Majlis Ihram Riau terus menjadi wadah pengkajian ilmu agama yang penuh keberkahan. Majlis ini tidak hanya menjadi tempat bertemunya individu dengan semangat keilmuan, tetapi juga simbol silaturahim dan kebersamaan dalam mendekatkan diri kepada Allah.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa Majlis Ihram Riau adalah sebuah lembaga pengajian yang unik, berakar pada semangat silaturahim dan kebersamaan. Tanpa proses pendirian resmi, majlis ini terbentuk dari pertemuan sederhana beberapa orang yang memiliki minat yang sama dalam mendalami ilmu agama. Dalam perkembangannya, Majlis Ihram Riau menekankan kajian pada tiga kitab utama yang menjadi panduan dalam menggali pemahaman agama dari berbagai dimensi, baik syariat maupun hakikat:

  1. Kitab Hanya Jauhari yang Mengenal Manikam (Kitab Putih). Kitab ini menjadi panduan utama untuk memperdalam pemahaman tentang rukun Islam, meliputi syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Kajian dilakukan tidak hanya pada aspek syariat, tetapi juga pada dimensi hakikat, sehingga setiap anggota majlis diharapkan mampu memahami nilai-nilai mendalam yang terkandung dalam setiap amalan.
  2. Kitab Membujur Lalu Melintang Patah (Kitab Merah). Kitab ini berfokus pada konsep Mengenal Diri, Mengenal Allah. Dalam kajian ini, para anggota diajak untuk mengenal hakikat diri sebagai makhluk dan memahami hubungan spiritual dengan Sang Pencipta. Pendekatan ini memberikan pencerahan mendalam tentang tauhid dan introspeksi diri dalam konteks ibadah.
  3. Kitab Amalan Istimewa. Kitab Amalan Istimewa menitikberatkan pada prinsip Lidah Ikut Kata, Hati Ikut Rasa yaitu amalan-amalan langka istimewa. Kajian ini menanamkan kesadaran bahwa setiap ucapan dan tindakan hendaknya selaras dengan hati yang bersih dan rasa yang terarah kepada kebaikan.
  4. Kitab Pendakian Diri (dari Ada menjadi Tiada). Kitab ini merupakan sambungan untuk memperdalam kajian kitab merah khususnya bagian penting yaitu pendakian diri mulai dari Minalla, Lillah Billah, Mujahadah, Muraqabah, Mukasyafah, Musyahadah, Insan & Roh, Mutu Qabla Anta Mutu, Fanafillah, Tawakkal, Qanaah, Sabar dan Ridho.

Kitab ini unik karena tidak diperjualbelikan, melainkan diberikan secara cuma-cuma kepada jamaah majlis sebagai bagian dari upaya menyebarkan manfaat ilmu. Majlis Ihram Riau menjadi contoh nyata bagaimana ilmu agama dapat dikaji secara mendalam melalui pendekatan yang sederhana namun penuh makna. Dengan fokus pada ketiga kitab tersebut, majlis ini tidak hanya menjadi tempat untuk belajar, tetapi juga wadah untuk memperkuat spiritualitas dan mengembangkan nilai-nilai akhlak mulia di kalangan jamaahnya.

Telah banyak dirasakan perubahan yang terjadi pada jamaah yang telah ikut dalam majlis ini baik dari aspek peningkatan ibadah juga akhlak. Setelah tahun pertama dilewatti akhirnya pengajian majlis dilakukan 2 kali setiap bulannya yaitu Yasin Fadhilat Malam Jum'at antar rumah jamaah dan Kajian Kitab Putih dan Merah Sabtu Malam ba'da Isya hingga larut malam.

by. Shabri Saleh Anwar bin Anwar Bujang

Posting Komentar

0 Komentar