Kampung di pinggir laut ini memiliki suasana yang tenang dan damai, dikelilingi oleh panorama alam yang memukau. Rumah-rumah panggung dari kayu berjajar rapi, sebagian besar beratapkan daun nipah atau seng, dan terhubung dengan jembatan kecil yang membentang di atas air payau. Angin laut bertiup sepoi-sepoi, membawa aroma asin yang segar, sementara suara deburan ombak yang lembut terdengar tak henti-hentinya, seolah menjadi alunan musik alam yang menenangkan.
Di pagi hari, matahari terbit di ufuk timur, memancarkan cahaya keemasan yang memantul di permukaan air laut yang tenang, menciptakan pemandangan yang menakjubkan. Nelayan tampak sibuk di dermaga kecil, menyiapkan perahu-perahu mereka yang berwarna-warni untuk melaut. Anak-anak kampung berlarian di tepi pantai, bermain dengan pasir dan kerang, sementara para ibu duduk di teras rumah sambil menganyam jala atau menyiapkan ikan hasil tangkapan untuk dijemur.
Di sore hari, suasana kampung semakin hidup. Warga berkumpul di bawah pohon kelapa yang rindang atau di warung kopi sederhana, berbincang santai sambil menikmati secangkir kopi hangat dan pisang goreng. Langit berubah warna menjadi jingga kemerahan, memberikan kesan magis pada kampung yang sederhana namun penuh kehangatan ini.
Ketika malam tiba, suasana kampung berubah menjadi hening. Lampu-lampu pelita dan lentera menerangi jalan-jalan sempit, memberikan sentuhan cahaya yang lembut dan temaram. Suara jangkrik dan gemericik air menambah kesyahduan malam, mengiringi penduduk yang mulai beristirahat setelah seharian beraktivitas. Di kejauhan, sinar mercusuar berkelip, seolah menjadi penanda kehadiran kampung kecil ini di tepi samudra yang luas.
by. Shabri Saleh Anwar bin Anwar Bujang
0 Komentar